Sebelumnya saya telah memaparkan apa itu surveilans kesehatan beserta fungsi dan peranannya. Sedikit berbeda dengan surveilans kesehatan, data yang didapat dari surveilans bencana tidak hanya digunakan untuk perbaikan-perbaikan penanggulangan kasus bencana di masa yang akan datang, tetapi juga untuk mendukung pengadaan logistik dan fasilitas-fasilitas untuk para korban bencana. Di bawah ini akan saya paparkan lebih lanjut mengenai surveilans bencana.
Surveilans bencana ialah kegiatan surveilans atau pengumpulan data yang terkait dengan kejadian bencana. Tujuan dibangunnya surveilans pada situasi bencana yaitu mendukung fungsi pelayanan bagi korban bencana secara keseluruhan untuk menekan dampak negatif yang lebih besar. Karakteristik sistem surveilans yang dibangun pada situasi bencana ialah sistem harus sederhana, mencakup yang sangat prioritas, dilakukan secara aktif dan intensif, melibatkan semua pihak, mengutamakan unsur kecepatan, dan didukung juga adanya respon yang cepat.
Surveilans bencana meliputi :
1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular.
Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit tersebut.
Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit kulit, pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.
Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian) :
Penyakit yang rentan epidemik (kondisi padat)
Kolera
Diare berdarah
Thypoid fever
Hepatitis
Penyakit dalam program pengendalian nasional
Campak
Tetanus
Penyakit endemis yang dapat meningkat paska bencana
Malaria
DBD
Penyebab Utama Kesakitan & Kematian
Pnemonia
Diare
Malaria
Campak
Malnutrisi
Keracunan pangan
Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana, pengungsian, kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya fasilitas publik. Pengungsi yang termasuk kategori kelompok rentan yaitu bayi dan anak balita, orang tua atau lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita, ibu hamil.
2. Surveilans data pengungsi.
Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.
3. Surveilans kematian.
Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak, umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.
4. Surveilans rawat jalan.
5. Surveilans air dan sanitasi.
6. Surveilans gizi dan pangan.
7. Surveilans epidemiologi pengungsi.
Ada data-data hasil surveilans yang mengindikasikan situasi darurat dan perlu segera dilakukan evaluasi penyebab serta penanganannya. Data-data yang menjadi indikator situasi darurat di tempat pengungsian, yaitu:
1. Tingkat kematian : > 2 / 10.000 / hr.
2. Jumlah pengungsi : > 1.000 orang
3. Status gizi anak : >10% yang kurang dari 80% dari berat dan dibanding dengan tinggi badan
4. Makanan : < 2.100 kal/org/hr
5. Jumlah air : < 10 L/org/hr
6. Kualitas air : > 25 % jumlah penduduk yang menderita diare
7. Ruang penampungan : < 35 m2 / org
Referensi:
Materi kuliah mengenai “Surveilans Bencana” yang disampaikan oleh dr. Bondan Agus Suryanto, S.E, M.A
0 komentar:
Posting Komentar